Sabtu, 14 Mei 2011

Penjual Stroberi

Lelaki itu berdiri dengan santai di pinggir jalan.Ia masih muda. Tapi guratan di wajahnya menambah umurnya beberapa tahun.Gendongannya disampirkan di pundak. Tangan kanannya melambai-lambaikan sekotakstroberi. "Stroberi...! Stroberi...!", teriaknya penuh semangat.

Aku sedang dalam perjalanan pulang ketika itu."Hmm... enaknya mau ngasi oleh – oleh apa ya buat orang rumah?", pikirku. Waktu kulihat penjual itu, aku langsung menepikan mioku. "Berapa satu, Mas?",tanyaku. Dia bilang harganya delapan ribu rupiah untuk sekotak sedang stroberi.Mahal. Biasanya aku dapat tiga kotak dengan hanya sepuluh ribu rupiah.

Jelas saja aku tawar. "10 ribu dapet dua ya?"tanyaku. Tanpa mengiyakan, ia langsung mengambil tas plastik dan membungkuskandua kotak stroberi untukku dan akupun membayar.

Kemudian kulihat dia melambai – lambaikan uangyang kuberikan padanya ke keranjang gendongannya yang berisi beberapa kotakstroberi sambil berkata "Garus, garus..." aku agak terkejut. Ternyata akupembeli pertamanya hari itu. Betapa sulitnya menghasilkan uang 10 ribu rupiahdalam sehari. Lelaki itu, dia berdiri sejak pagi dan berteriak-teriakmenjajakan stroberinya. Sementara orang lain mungkin dengan gampangmenghambur-hamburkan uang demi kesenangan pribadi. Kalau aku mengingat sipenjual stroberi itu, rasanya aku ingin mengunci dompetku rapat-rapat danberusaha untuk membelanjakan isinya dengan sangat bijaksana.



Herma Yanthi

Tabanan, 2 Agustus 2010

20.29 WITA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar